Monday, March 9, 2015

Jepang!! Yatta!! ~part 2~

Keberangkatan dan Day 1 (12 Januari 2015)
Haloha, saya kembali lagi membawa kisah di bulan Januari #ceilah. Masih adakah yang ingat dengan kisah saya di part 1? Ya, berakhir di bagian beli barang dan sibuk UAS lol. Nah, dengan berakhirnya UAS secara resmi pada hari Jumat, 9 Januari 2015, saya pun bisa dengan bebas memikirkan masalah keberangkatan Jenesys ini.

Tiket pesawat menuju Jakarta yang saya beli adalah tiket hari Minggu (11 Januari) jam 5-an pagi. Saya berangkatnya berdua sama Violet. Berhubung pesawatnya subuh, Violet pun memutuskan untuk menginap semalam di kos saya, biar paginya naik taksi bareng. Ternyata kami berdua sama-sama nggak bisa tidur tuh hahaha. Alarm yang udah diset aja kalah cepet sama kami xD Setelah mandi (airnya dinginnn sampe menggigil, sedihnyaaa) dan minum kopi anget (dopping dikit bro), kami pun berangkat. Sempet was-was juga sih sebetulnya, mepet banget sama waktu check-in. Tapi untungnya masih sempat :””) Ohiya, suasana T2 Bandara Juanda lagi ruameee sama rombongan umroh. Kaget banget ngeliat T2 yang biasanya sepi itu jadi penuh orang, subuh-subuh lagi!!


Ohiya, ini pertama kalinya Violet naik pesawat lho, makanya dia cukup excited gitu. Kalau saya sih, untungnya baru beberapa bulan yang lalu naik pesawat berdua doang sama onee-chan, jadi nggak kagok-kagok amat lol.

Sesampainya di Jakarta, waktu masih menunjukkan jam 7 pagi. Di sana kami sudah dijemput oleh dua kakak sepupu saya (sebut saja Mas T dan Mas D). Pertama-tama kami diajak makan pagi. Makan soto ayam ambengan, padahal kami baru datang dari Surabaya! Haha, ya sudahlah, emang dasar orang Jakarta yang kangen masakan Jawa Timuran xD Setelah selesai makan, kami pun pulang ke rumah sepupu di daerah TMII. Sejak awal, saya memang sudah minta izin buat nginep semalam di sana :3

Naah, begitu sampai di rumah, setelah bersih diri, saya dan Violet langsung tepar! Rasanya seperti, baru menyentuh kasur sudah langsung tidur. Pulas banget lagi tidurnya. Ada kali 3 jam kami tidur. Setelah keluar kamar langsung disuguhi makan siang. Duh malu sih sebetulnya, tapi kayaknya keluarga pakde-bude maklum—apalagi setelah kami bilang kalo kemarin malam nggak bisa tidur karena kepikiran sama Jepang hehe.

Selama di rumah pakde-bude, nggak ada peristiwa yang signifikan sih. Aktivitas hanya terbatas di makan-nonton TV-tidur #dilempar

Besoknya, hari Senin tanggal 12 Januari, adalah hari yang ditunggu-tunggu. Karena instruksi dari Dikti adalah berkumpul di Bandara Soekarno-Hatta jam 16.00, sekitar jam 13.00 kami sudah diantar ke bandara. Eh ternyata nyampenya cepet, cuma satu setengah jam. Jadilah kami plonga-plongo nggak ada kerjaan sebelum waktu kumpul. Untungnya, secara kebetulan kami ketemu sama A (teman sekelas kami) yang juga lagi nunggu sama orangtuanya. Ya sudah deh, plonga-plongo bareng.

Mendekati jam 16.00, kami mulai gelisah. Saya dan Violet mencoba untuk mengecek tempat berkumpul yang telah diberitahukan yakni di depan Dunkin Donuts. Ternyata oh ternyata, tempat itu penuh sesak oleh rombongan umroh, pemirsa! Kami sama sekali nggak bisa menemukan para peserta Jenesys lainnya (kami pakai pita merah-putih sebagai penanda). Sempat bingung sih. Tapi kemudian saya telpon ke pegawai Dikti yang selama ini mengirimkan e-mail tentang persiapan keberangkatan. Berdasarkan arahan dari beliau, akhirnya kami menemukan rombongan Jenesys. Ternyata mereka ada di pojok, terusir oleh rombongan umroh yang jauh lebih banyak orangnya hehe.

Well anyway, di sana saya berkenalan dengan beberapa orang. Awalnya lumayan semangat ngajak kenalan, tapi setelah semakin banyak anak yang datang, semakin rame, semakin bejibun, akhirnya the introvert side of me kicks in. Malah diam aja. Hehe. Untungnya sih, temen-temen dari Universitas Airlangga cukup banyak (paling banyak sih hehe) jadi saya nggak kesepian #cieh.

Sekitar pukul 17.00, akhirnya ada sambutan dari perwakilan Dikti, perwakilan Kedubes Jepang di Indonesia, dan dilanjutkan pengarahan dari agen travel yang mengatur keberangkatan kami. Jadi intinya, peserta ada 100 orang, sudah termasuk 4 orang pendamping dari pegawai Dikti. 100 orang ini kemudian dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing 25 orang termasuk satu pendamping. Kelompok A warna kuning, kelompok B warna merah jambu, kelompok C warna hijau, dan kelompok D warna biru.

Saya masuk di kelompok B. Teman sekelompok yang sudah saya kenal adalah mbak Epik, mbak Citra, mbak Rara (karena ketiganya anak Unair juga hehe) dan mbak Chia (anak UB, tapi saya kenal karena... well, karena dunia ini sempit #apadah). Pendampingnya adalah Bu Marcella. Lucky sih, karena Bu Marcella ini lebih cocok disebut mbak daripada bu. Masih muda, masih nyambung banget sama kami para mahasiswa ini xD

(Tapi nggak bisa sekelompok sama Rin maupun Violet T_T sediiihhh!)

Setelah dibagi menjadi 4 kelompok, diadakan pembagian paspor. Di dalam paspor sudah termasuk visa (sudah ditempel), tiket pesawat, embarkation pass dan baggage claim. Embarkation pass itu semacam tiket masuk ke negara lain (dalam hal ini, Jepang). Isinya nama, TTL, nama pesawat, nama tempat atau alamat yang dituju di Jepang, jumlah barang dan uang yang dibawa, dll. Selama di Jepang, ini nggak boleh hilang. Kalau hilang, pulangnya ntar susah karena dikira masuknya ilegal hehe. Kalau baggage claim itu lebih untuk bea cukai sih. Jadi kita isi bawa berapa koper (yang masuk bagasi), bawa barang-barang yang dilarang atau nggak, dst. Pertama kalinya ke luar negeri sih, jadinya semua ini saya perhatikan baik-baik. It makes a good lesson~

Setelah selesai pembagian paspor, kami pun bergerak masuk ke dalam bandara untuk check-in. 100 orang ngantri jadi satu itu lumayan serem yak ahaha. Untungnya saya bisa dapet tempat di awal antrian, jadi nggak lama-lama deh ngantrinya! XD
Suasana saat antri check-in
Setelah check-in ada pengurusan imigrasi. Setelah itu masuk ke boarding room. Well that's it. Jam setelah 10, kami pun boarding ke dalam pesawat. Woah, pesawat untuk kelas internasional memang beda ya! Kayak di film-film, ada tiga deret kursi (A-C, D-G, dan H-J). Tiap kursi ada TV-nya. Tiap kursi ada bantal dan selimutnya. Pas lepas landas, goyangnya dikit doang, terasa banget kalo pesawat ini gede dan berat. Naik-naik-naik, sampai di atas awan, dan nggak terasa sakit di kuping. Hebat ya. Pokoknya saya tetiba jadi udik di dalam pesawat itu. Beda banget soalnya. Beda! (Saya nggak kepikiran buat ngambil foto di dalam kabin. Bodoh. Sedih.)

Terus, karena 1) saya mabuk kendaraan apa saja; dan 2) saat itu sudah malam—saya pun langsung tidur wwww. Bangun-bangun sudah sekitar jam 3 pagi, padahal menurut perkiraan kami akan mendarat sekitar jam 5, which means saya tidur kayak kebo lol. Dan saya bangun pas pembagian makanan oleh pramugari (yah setengahnya sih saya terbangun karena suasana tiba-tiba rame dan terang-benderang, kalo nggak mungkin saya masih tidur sampe landing~). Sambil makan, saya baru sadar kalo temen-temen saya di samping-depan-belakang itu pada sibuk nonton film atau main game di layar TV masing-masing. Yang duduk di depan saya malah asyik banget nonton Rurouni Kenshin yang waktu itu belum tayang di Indonesia (atau udah, yang pasti saya belum nonton kok). Akhirnya ya saya ikutan nonton dari celah kursi dong hohoho. Kenapa nggak nonton di layar TV kursi saya sendiri? Karena jaraknya terlalu dekat, saya jadi pusing, dan akhirnya malah pengen muntah :””) Saya pun khatam nonton live action Rurouni Kenshin: Kyoto Inferno di atas pesawat dengan cara ngintip wwwww.

Tidak lama kemudian, seiring dengan cahaya subuh pertama di langit, kami mendarat di bandara Narita. Spechless bro, pas ngeliat tulisan Narita International Airport. 'Am I seriously in Japan or is this all just a loooong dream?' That kind of feeling.

Turun dari pesawat, saya dan teman-teman sempat foto-foto dulu di bawah tulisan 'Narita Airport'. Haha. Saya dan Violet malah sempet heboh bareng: 'Jepang!' 'Iya Jepang!' 'Masih gak percaya!' 'Iyaaa gak percaya!' 'WAAAAA!' Cue big hug.

Narita!!!




Japan, I have come to conquer you.

No comments:

Post a Comment