Thursday, April 30, 2015

[Fanfic] Tetesan Hujan (ch 8)

Title: Tetesan Hujan
Author: Vianna Orchidia / Annasthacy Chashyme
Fandom: Umineko no Naku Koro ni
Character: Ushiromiya Ange, Amakusa Juuza
Rating: K+
Genre: Romance, Friendship
Disclaimer: I do not own the series and the characters, and I do not gain any profit from this fanfiction
Warning: AU where they live together after escaping Kasumi
 
Rahasia / ra·ha·si·a / (1 n sesuatu yg sengaja disembunyikan supaya tidak diketahui orang lain )

Ange tidak bisa menahan lirikan tajam yang ia arahkan pada Amakusa sementara laki-laki itu sibuk menekan tombol-tombol ponselnya dengan kecepatan tinggi. Sebenci apapun ia mengakuinya, Ange sedang penasaran. Penasaran mendekati murka. Terakhir kali laki-laki itu melakukan hal serupa, Amakusa pernah masuk rumah sakit selama dua minggu karena luka tembak.

“Ayolah, berhenti memelototiku seperti itu, Ojou,” cetus Amakusa pada akhirnya, tidak tahan untuk tidak berkomentar. Ia menyeringai saat menutup ponselnya. “Kau terlihat seperti ingin membunuhku,” ujarnya lagi setengah tertawa.

Dengan pipi merona dan bibir menipis, gadis berambut merah itu meledak. “Kalau aku tidak membunuhmu sekarang, kau akan terbunuh gara-gara bisnis rahasia apapun yang kau lakukan di ponselmu!” sergahnya. Tak pelak, ingatan tentang hari-hari sepi selama Amakusa rawat inap menghampiri otaknya. Dia bukannya tidak khawatir! Sebebal apapun, Amakusa adalah orang terdekat bagi gadis belia itu. Toh mereka sudah hidup bersama selama hampir setahun. Memang benar, mereka hidup bersama lebih karena alasan keselamatan, tapi tetap saja.

Sementara Ange jelas-jelas berasap dari telinga, Amakusa justru terdiam. Dengan tangan menggaruk kepala yang tidak gatal, ia bergumam, “tunggu, tunggu. Maksudmu yang aku masuk rumah sakit itu?”

“Memangnya ada yang lain?” tukas Ange.

Sekali lagi Amakusa diam seribu bahasa, jemari mulai bermain-main dengan ponsel yang menjadi sumber amarah Ange. Ketika akhirnya ia bicara lagi, suaranya pelan tapi masih bernada mengejek. “Hei, Ojou. Kalau kamu marah begitu, aku akan mengira kamu peduli, lho.”

Amakusa memang hanya menyebut kata 'peduli', tapi tatapan matanya yang lurus dan penuh makna mengisyaratkan hal-hal lain. Seperti hal-hal antara laki-laki dan perempuan, tentang ketergantungan, tentang ketertarikan, dan...

Ange menyipitkan mata.

“Oh, tutup mulutmu.”

No comments:

Post a Comment