Tuesday, December 8, 2015

[Fanfic] Tetesan Hujan (ch 27)

Title: Tetesan Hujan
Author: Vianna Orchidia / Annasthacy Chashyme
Fandom: Umineko No Naku Koro Ni
Character: Ushiromiya Ange, Amakusa Juuza
Rating: K+
Genre: General
Disclaimer: Umineko is property of Ryukishi07. I do not own the series and the characters, and I do not gain any profit from this fanfiction
Warning: royalty AU
 
syarat /sya·rat/ n janji (sbg tuntutan atau permintaan yg harus dipenuhi)

“Aku mau menikahi orang itu, tapi dengan satu syarat.”

Amakusa mengangkat alis, setengah tersinggung karena tuan putri itu bicara seolah-olah orang itu tidak berada di ruangan yang sama, setengahnya lagi penasaran karena dia tahu tuan putri itu punya kesukaan yang unik. Dia pernah terpaksa berdansa dengan sepuluh laki-laki di sebuah jamuan hanya karena dia nekat menggoda Ange dan mulut besarnya mengatakan akan mengabulkan satu permintaan sang tuan putri.

Yah, kalau untuk berdansa satu lagu saja harus melewati syarat seperti itu, Amakusa sama sekali tidak bisa membayangkan syarat macam apa yang akan dia lontarkan menghadapi rencana pernikahan politis ini.

“Sebutkan saja, Nona. Kau sudah tahu kalau aku akan melakukan apa saja yang Nona minta~” kelakar lelaki bersurai perak tersebut. Dia menyeringai puas melihat dengusan Ange. Sebagai orang yang pernah menjadi teman masa kecilnya, Amakusa tahu benar bahwa sang tuan putri sedang menahan hasrat untuk memutar bola matanya. Atau melemparkan jambangan bunga terdekat.

Ange mengacungkan jari telunjuknya tinggi-tinggi saat yakin semua mata tertuju pada dirinya. “Kau harus mengalahkanku di permainan catur.”

Huh. Itu permintaan yang sederhana. Sederhana, tapi tidak mudah. Ange adalah pemain catur yang baik, dilatih dengan ketat oleh ibunda dan kakaknya, dan sudah pernah mengalahkan Yang Mulia Raja Ushiromiya Kinzo dalam permainan favorit beliau tersebut. Amakusa menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri momen kemenangan sang gadis, waktu itu masih dua belas tahun, setelah hampir dua jam pertarungan sengit di atas papan catur.

Kini, enam tahun kemudian, gadis jenius itu jelas berusaha menggunakan peluangnya di catur untuk menggagalkan rencana pernikahan yang akan menjembatani dua kerajaan besar ini. Meskipun demikian, Amakusa tidak bisa melihat apakah penolakan terselubung Ange sifatnya personal ataukah atas nama kerajaannya. Ekspresi gadis itu datar, tidak berubah, tidak menunjukkan sedikitpun celah menuju pikirannya.

Dasar pemain catur ulung, keluh Amakusa dalam hati.

Tapi bukan Amakusa namanya kalau menyerah setelah digertak oleh anak perempuan usia delapan belas tahun. Dan satu lirikan mata ke arah Yang Mulia Raja Okonogi Tetsuro memberitahunya bahwa dia tidak boleh kalah.

No comments:

Post a Comment