Thursday, April 30, 2015

[Fanfic] Tetesan Hujan (ch 13)

Title: Tetesan Hujan
Author: Vianna Orchidia / Annasthacy Chashyme
Fandom: Umineko no Naku Koro ni
Character: Ushiromiya Ange, Amakusa Juuza
Rating: K+
Genre: Romance, Friendship
Disclaimer: I do not own the series and the characters, and I do not gain any profit from this fanfiction
Warning: kinda canon-verse but I'm not sure. can be considered the direct sequel of the previous chapter

dingin/di·ngin/ a 1 bersuhu rendah apabila dibandingkan dng suhu tubuh manusia; tidak panas; sejuk.

Dua puluh empat jam setelah resmi kehilangan hak atas emas warisan keluarganya, Ange mendapati dirinya termenung menatap kobaran api yang perlahan melahap lembar-lembar buku harian Maria. Api yang tidak seberapa itu terasa seperti membakar tiap sel tubuhnya pula. Di matanya, Ange dapat menggambarkan tubuh-tubuh bersalut api: Sakutaro, Tujuh Saudari Penyucian, dan para Siesta.

Bagi gadis itu, menghancurkan buku harian magis tersebut adalah langkah terbaik. Bagaimanapun, sudah tidak ada yang perlu mereka lindungi. Tidak ada emas, tidak ada kepala keluarga Ushiromiya, tidak ada Dataran Emas. Ange merasa, lebih baik mereka tidur selamanya daripada harus hidup tersesat dan kedinginan...

...seperti dirinya.

A/N: i wanted to keep the indonesian names but..... looks like it's not a good idea....

[Fanfic] Tetesan Hujan (ch 12)

Title: Tetesan Hujan
Author: Vianna Orchidia / Annasthacy Chashyme
Fandom: Umineko no Naku Koro ni
Character: Ushiromiya Ange, Amakusa Juuza
Rating: K+
Genre: Romance, Friendship
Disclaimer: I do not own the series and the characters, and I do not gain any profit from this fanfiction
Warning: kinda canon-verse but I'm not sure
 
pencuri/pen·cu·ri/ n orang yg mencuri; maling;

Murka. Gadis bersurai merah itu bisa merasakan darahnya menggelegak, napasnya sedikit tersengal karena menahan marah, dan jemarinya mengepal sampai kuku meninggalkan bekas di telapak tangan. Iris hijaunya nyalang.

"Berani-beraninya kau," Ange menggeram bak singa. "Berani-beraninya kau!"

Okonogi terbahak, bahu berguncang-guncang. "Jangan bilang kau sudah mulai percaya padaku, Ange-san," susah payah laki-laki tambun itu membentuk satu kalimat koheren saking keras tertawanya. Bahkan saat berbicara, seringainya masih terlihat jelas, mempertontonkan giginya yang menguning karena rokok. "Anak buahku ini memang bagus sekali, kan? Kerjanya cepat, rapi. Dia memang kepercayaanku yang nomor satu," lanjutnya, mengangguk pada Amakusa yang sejak awal langsung mengambil posisi di samping Okonogi. Lelaki berambut perak itu tampak tenang, tak tergoyah oleh tatapan menghujam dari Ange. Seringai di bibirnya tidak selebar Okonogi, tapi tetap saja seringai itu ada. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun, selain ekspresi terhibur yang seakan tak pernah pergi dari sana.

Ange menolak untuk membiarkan air matanya jatuh. Serendah apapun dia terjatuh, dia tidak akan mengakui hal itu--terutama tidak pada dua laki-laki yang telah mempermainkan kepercayaannya untuk merebut emas kekayaan Ushiromiya!

A/N: it saddens me how I can't seem to be able to write something fluffy for these two

[Fanfic] Tetesan Hujan (ch 11)

Title: Tetesan Hujan
Author: Vianna Orchidia / Annasthacy Chashyme
Fandom: Umineko no Naku Koro ni
Character: Ushiromiya Ange, Amakusa Juuza
Rating: K+
Genre: Romance, Friendship
Disclaimer: I do not own the series and the characters, and I do not gain any profit from this fanfiction

Warning:  high-school AU

mungkin/mung·kin/ adv tidak atau belum tentu; barangkali; boleh jadi; dapat terjadi; tidak mustahil

“Apa kau suka padaku?”

Sudah dua bulan pertanyaan itu tersimpan di otak Amakusa. Atau mungkin jauh lebih lama lagi. Pertama kali mereka bertemu adalah saat awal tahun ajaran baru, di mana dia mendapati tatapan setajam pisau dan sedingin salju dari gadis berambut merah itu, jadi sudah hampir setahun. Sebulan, dua bulan, tiap kali berpapasan dengan gadis tak bernama itu (dan kelas mereka bersebelahan, demi Tuhan), tatapan yang sama akan menembus tubuh Amakusa tanpa ampun. Tiga bulan, empat bulan, kadar tajam tatapan itu mulai berubah menjadi tanda tanya, setelah Amakusa akhirnya mengetahui nama gadis itu dari temannya dan mulai menyapa si rambut merah walau tak pernah dibalas. Lima, enam bulan, dan Ange Ushiromiya mulai terlihat lega setiap kali mendapat sapaan ramah Amakusa. Menginjak tujuh-delapan-sembilan bulan, gadis itu terkadang melemparkan senyum kecil ke arahnya. Perkembangan ini mau tidak mau membuat Amakusa terkejut. (Bukan berarti dia menolak. Ange Ushiromiya adalah gadis tercantik yang pernah ditemuinya.) Dan akhirnya, bulan ini Amakusa berhasil mengutarakan pertanyaan itu.

Bibir gadis berambut merah itu naik sedikit. “Mungkin,” jawabnya singkat.

[Fanfic] Tetesan Hujan (ch 10)

Title: Tetesan Hujan
Author: Vianna Orchidia / Annasthacy Chashyme
Fandom: Umineko no Naku Koro ni
Character: Ushiromiya Ange, Amakusa Juuza
Rating: K+
Genre: Romance, Friendship
Disclaimer: I do not own the series and the characters, and I do not gain any profit from this fanfiction
Warning: canon-verse, end of EP4

hampa /ham·pa/ a 1 tidak berisi; kosong; 2 ki tidak bergairah; sepi; 3 ki sia-sia; tidak ada hasilnya 

Selama ini Ange menganggap lubang di hatinya sudah cukup besar, cukup dalam, cukup tidak terobati. Kecuali kalau secara ajaib, Battler dan Rudolf dan Kyrie pulang ke rumah dalam keadaan sehat tak kurang suatu apapun. Ya, sejauh ini Ange percaya kalau itulah satu-satunya hal yang akan membuatnya merasa utuh lagi.

Sampai laki-laki itu datang. Sampai laki-laki itu menyeruak masuk, tanpa permisi menggali ceruk baru dalam relung hatinya. Tidak masalah sebenarnya, kalau ceruk itu ditempati sebagaimana mestinya—

—masalahnya adalah, laki-laki itu langsung pergi setelah ceruk itu selesai dibuat.

Ange mengira kalau dia tidak bisa merasa lebih hampa lagi, tapi ternyata dunia masih berbaik hati membuktikan sebaliknya. Ange menyadari hal itu sementara matanya menatap hampa selongsong peluru yang diarahkan tepat ke dahinya, seringai lebar di baliknya.

[Fanfic] Tetesan Hujan (ch 9)

Title: Tetesan Hujan
Author: Vianna Orchidia / Annasthacy Chashyme
Fandom: Umineko no Naku Koro ni
Character: Ushiromiya Ange, Amakusa Juuza
Rating: K+
Genre: Romance, Friendship
Disclaimer: I do not own the series and the characters, and I do not gain any profit from this fanfiction
Warning: canon-verse, throughout EP4 or in the end of EP6

Dia /di·a/ pron persona tunggal yg dibicarakan, di luar pembicara dan kawan bicara;

“Bagaimana perkembangan misimu?”

“Tidak buruk. Sepertinya dia mulai menemukan mata rantai yang dibutuhkan untuk memecahkan teka-teki emas itu.”

“Dia tidak curiga?”

“Tidak, tidak—tapi dia memang selalu waspada, nona muda itu. Tidak pernah menyebutkan hal-hal penting kalau di sekitarku. Dia juga sangat menjaga berkas-berkas yang berhasil kami kumpulkan. Aku harus mengais sedikit demi sedikit untuk mengetahui petunjuk apa yang dia temukan.”

“Menurutmu semuanya akan baik-baik saja?”

“Jangan khawatir. Dia toh tidak akan bergerak tanpa kudampingi. Ke manapun petunjuk itu memandunya, dia akan membawaku ke sana. Aku tinggal mengikuti, dan saat waktunya tiba, aku tinggal membuangnya.”

Suara tawa. “Bagus. Pastikan kau bawa emasnya padaku.”

A/N: is it weird that I want to cry and kill these guys so much even though I'm the one who wrote this

[Fanfic] Tetesan Hujan (ch 8)

Title: Tetesan Hujan
Author: Vianna Orchidia / Annasthacy Chashyme
Fandom: Umineko no Naku Koro ni
Character: Ushiromiya Ange, Amakusa Juuza
Rating: K+
Genre: Romance, Friendship
Disclaimer: I do not own the series and the characters, and I do not gain any profit from this fanfiction
Warning: AU where they live together after escaping Kasumi
 
Rahasia / ra·ha·si·a / (1 n sesuatu yg sengaja disembunyikan supaya tidak diketahui orang lain )

Ange tidak bisa menahan lirikan tajam yang ia arahkan pada Amakusa sementara laki-laki itu sibuk menekan tombol-tombol ponselnya dengan kecepatan tinggi. Sebenci apapun ia mengakuinya, Ange sedang penasaran. Penasaran mendekati murka. Terakhir kali laki-laki itu melakukan hal serupa, Amakusa pernah masuk rumah sakit selama dua minggu karena luka tembak.

“Ayolah, berhenti memelototiku seperti itu, Ojou,” cetus Amakusa pada akhirnya, tidak tahan untuk tidak berkomentar. Ia menyeringai saat menutup ponselnya. “Kau terlihat seperti ingin membunuhku,” ujarnya lagi setengah tertawa.

Dengan pipi merona dan bibir menipis, gadis berambut merah itu meledak. “Kalau aku tidak membunuhmu sekarang, kau akan terbunuh gara-gara bisnis rahasia apapun yang kau lakukan di ponselmu!” sergahnya. Tak pelak, ingatan tentang hari-hari sepi selama Amakusa rawat inap menghampiri otaknya. Dia bukannya tidak khawatir! Sebebal apapun, Amakusa adalah orang terdekat bagi gadis belia itu. Toh mereka sudah hidup bersama selama hampir setahun. Memang benar, mereka hidup bersama lebih karena alasan keselamatan, tapi tetap saja.

Sementara Ange jelas-jelas berasap dari telinga, Amakusa justru terdiam. Dengan tangan menggaruk kepala yang tidak gatal, ia bergumam, “tunggu, tunggu. Maksudmu yang aku masuk rumah sakit itu?”

“Memangnya ada yang lain?” tukas Ange.

Sekali lagi Amakusa diam seribu bahasa, jemari mulai bermain-main dengan ponsel yang menjadi sumber amarah Ange. Ketika akhirnya ia bicara lagi, suaranya pelan tapi masih bernada mengejek. “Hei, Ojou. Kalau kamu marah begitu, aku akan mengira kamu peduli, lho.”

Amakusa memang hanya menyebut kata 'peduli', tapi tatapan matanya yang lurus dan penuh makna mengisyaratkan hal-hal lain. Seperti hal-hal antara laki-laki dan perempuan, tentang ketergantungan, tentang ketertarikan, dan...

Ange menyipitkan mata.

“Oh, tutup mulutmu.”

[Fanfic] Tetesan Hujan (ch 7)

Title: Tetesan Hujan
Author: Vianna Orchidia / Annasthacy Chashyme
Fandom: Umineko no Naku Koro ni
Character: Ushiromiya Ange, Amakusa Juuza
Rating: K+
Genre: Romance, Friendship
Disclaimer: I do not own the series and the characters, and I do not gain any profit from this fanfiction

Warning: AU

Cinta /cin·ta/ a 1 suka sekali; sayang benar; 2 kasih sekali; terpikat (antara laki-laki dan perempuan)

Jika tidak ada cinta, kau tidak bisa melihatnya.

Itu kata-kata yang sudah didengar Ange sejak lama, diulang-ulang sejak lama, sampai muak rasanya. Sungguh kalimat yang manis, tapi bagi Ange itu kutukan. Mantra sihir hitam yang kuat, tidak tergoyahkan, menyebalkan. Bagi Ange itu hanya omong kosong.

Lalu bagaimana ceritanya dia kini setengah mati berharap bisa memutar waktu dan mencoba memahami kalimat itu lebih awal?

Bagaimana ceritanya dia kini diam-diam berdoa sementara bibirnya mengecup pelan bibir lelaki itu, mengabaikan campuran rasa asin air mata dan rasa metalik darah?

Bagaimana ceritanya dia kini melihat rambut perak dan mata kelabu itu sebagai indah, sementara ini adalah kesempatan terakhirnya untuk bertemu dengan laki-laki itu sama sekali?

Ange tidak peduli, tidak peduli, tidak peduli—

—bibir itu mendingin...

Tuesday, April 28, 2015

[Fanfic] Tetesan Hujan (ch 6)

Title: Tetesan Hujan
Author: Vianna Orchidia / Annasthacy Chashyme
Fandom: Umineko no Naku Koro ni
Character: Ushiromiya Ange, Amakusa Juuza
Rating: K+
Genre: Romance, Friendship
Disclaimer: I do not own the series and the characters, and I do not gain any profit from this fanfiction
 
Musik /mu·sik/ n nada atau suara yg disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan

Kalau disuruh mengumpamakan hidup sebagai musik, Amakusa jelas akan memilih RnB. Atau jazz. Dia bebas, hidupnya penuh improvisasi, dan tidak pernah berhenti di satu tempat. Amakusa puas dengan genre semacam itu. Bahkan ketika Okonogi memberinya tugas mengawasi nona muda Ushiromiya itu, dia langsung setuju karena menurut pengalaman, menghadapi gadis itu butuh improvisasi.

Misalnya, ketika Ange memintanya untuk menciumnya.

Amakusa tidak bisa bilang dia tidak terkejut—ada banyak alasan kenapa hal itu tidak pernah terbersit sebelumnya. Umur mereka terpaut jauh, mereka bisa dibilang orang asing bagi satu sama lain, dan dia hanya seorang bodyguard. Namun di balik itu, Amakusa mendapati dirinya memberi satu alasan paling mendasar untuk membenarkan ciuman di antara mereka: mereka laki-laki dan perempuan.

Haruskah dia menolak, haruskah dia menurut? Dia bebas untuk menolak, tentu saja, Ange membuat hal itu sangat jelas karena dia menggunakan pola kalimat pertanyaan. Ini permintaan. Bukan perintah. Amakusa menjilan bibirnya pelan, dengan seribu satu pikiran berkecamuk dalam benaknya.

Pada akhirnya, sisi bebas dan liar dalam musiknya tidak bisa dibendung lagi. Sebut saja ini buah dari rasa penasarannya. Laki-laki itu pun melingkarkan satu lengan di pinggang Ange, sementara tangan lainnya digunakan untuk memegang dagu gadis itu. Dan dengan satu gerakan mulus, Amakusa mengecup bibir Ange.

Saturday, April 25, 2015

[Fanfic] Tetesan Hujan (ch 5)

Title: Tetesan Hujan
Author: Vianna Orchidia / Annasthacy Chashyme
Fandom: Umineko no Naku Koro ni
Character: Ushiromiya Ange, Amakusa Juuza
Rating: K
Genre: Romance, Friendship
Disclaimer: I do not own the series and the characters, and I do not gain any profit from this fanfiction

Warning: past timeline

Bintang / bin·tang / n 1 benda langit yang terdiri atas gas menyala spt matahari, terutama tampak pada malam hari

“Aku melihat bintang,” ucap Ange takjub.

Amakusa menoleh dan memberinya ekspresi yang sangat bodoh. “Tentu saja, ini malam hari.”

“Bukan begitu, Ama,” sanggah Ange dengan gelengan kepala tegas. Sikapnya yang sok dewasa justru membuatnya terlihat lucu. Ikat rambut bola-bola yang menghias rambut merahnya menambah keimutan gadis kecil itu—setidaknya itulah yang dilihat mata Amakusa. “Yang ini besaaar. Terang. Tidak seperti bintang yang lain.”

“Ah, berarti itu Venus.”

Ange mengernyit. “Venus itu nama planet!” Ya, untuk ukuran anak SD kelas tiga, gadis mungil ini cukup pandai.

“Ya, tapi bintang yang kelihatan paling besar itu sebetulnyaVenus, Ojou.”

Tidak terima, Ange semakin memperdalam kerutan di keningnya dan memajukan bibirnya beberapa sentimeter. “Buukaaan. Venus itu planet. Yang kulihat ini bintang. Ama bodooooh!”

Amakusa tertawa kecil.

[Fanfic] Tetesan Hujan (ch 4)

 Title: Tetesan Hujan
Author: Vianna Orchidia / Annasthacy Chashyme
Fandom: Umineko no Naku Koro ni
Character: Ushiromiya Ange, Amakusa Juuza
Rating: K
Genre: Romance, Friendship
Disclaimer: I do not own the series and the characters, and I do not gain any profit from this fanfiction

Warning: AU

Jiwa / ji·wa / n 1 roh manusia; 2 seluruh kehidupan batin manusia

Ange menatap laki-laki berambut perak yang terbaring di aspal panas, pakaiannya ternoda merah dan darah masih mengalir deras dari pelipisnya. Laki-laki itu tersenyum miring. Napasnya tersengal.

“Ojou. Kau seorang penyihir, kan?” tanyanya serak. Susah payah. Tapi kilat itu masih ada di matanya, nada mengejek itu masih ada di ujung kalimatnya.

“Bagaimana kalau kau segera sembuhkan aku, dan kita bisa kabur dari sini?” Dari sudut mata, ia menangkap gerakan setidaknya sepuluh orang berbadan kekar dalam jas hitam serta kacamata hitam pula. Mereka turun dari beberapa mobil, dan dengan langkah lebar-lebar menghampiri keduanya.

“Aku tidak yakin Ojou bisa kabur sendirian dari orang-orang Kasumi sih. Kau ahli terjun, tapi tidak ahli lari. Kalau tidak kugendong, pasti Ojou langsung tertangkap.” Masih saja laki-laki itu menyerocos dengan napas yang makin menipis dan suara yang makin lirih. Ange menggerakkan tangannya untuk menautkan jemarinya di jemari kokoh Amakusa.

“Aah, aku lupa belum minta bayaranku ditransfer ke rekeningku yang baru. Kalau sekarang... Sepertinya sudah terlambat, ya.”

“Dasar bodoh,” potong Ange lugas. “Aku ini Penyihir Kebangkitan. Aku tidak bisa menyembuhkan. Nanti setelah kau mati, baru jiwamu kubangkitkan kembali.”

Senyum Amakusa melembut. Derap langkah semakin dekat, semakin menggetarkan tanah di bawah punggungnya. Dengan sisa-sisa tenaga, laki-laki itu menarik Ange ke arahnya menggunakan tangan mereka yang saling bertaut, membuat kepala gadis itu mendarat di dadanya. Ia mengabaikan sakit dari rusuk yang patah. “Kalau kau tidak sempat membangkitkan lagi jiwaku sebelum ditangkap suruhan Kasumi, berarti kita ketemu lagi di neraka ya, Ojou.”

Ya, Amakusa. Jiwa kita akan bertemu lagi di neraka. See you in hell.

A/N: I wasn't in mood to use any English at all (tho that 'see you in hell' is deliberately put there), so I just translated the Witch of Resurrection thingy.... but I kinda hate the result. Do comment if you happen to have a better translation.

[Fanfic] Tetesan Hujan (ch 3)

Title: Tetesan Hujan
Author: Vianna Orchidia / Annasthacy Chashyme
Fandom: Umineko no Naku Koro ni
Character: Ushiromiya Ange, Amakusa Juuza
Rating: K
Genre: Romance, Friendship
Disclaimer: I do not own the series and the characters, and I do not gain any profit from this fanfiction

Warning: I honestly don't know which timeline this should be, so let's say AU.
Empat / em· pat / num bilangan yg dilambangkan dengan angka 4 (Arab) atau IV (Romawi)

“Tidak,” ucap Amakusa keras. Dijawab dengan nada kasar seperti itu membuat darah Ange mendidih.

“Kenapa?” sentak gadis itu.

Cengkeraman jemari kokoh Amakusa di setir mengerat. Pria itu tampak berusaha keras menenangkan diri, menahan hasratnya untuk mencengkeram kerah baju Ange lalu mendampratnya mentah-mentah. “Karena,” desisnya dengan mata berkilat marah, “aku sudah cukup bodoh untuk membiarkanmu melawan ajal untuk ketiga kalinya. Oke, kau masih hidup. Dengan satu rusuk patah. Empat kali? Kau memaksakan keberuntunganmu, Ojou.”

Ange memicingkan mata. “Kau tidak mengerti. Aku tidak akan mati—”

Karena kau seorang penyihir?” Untuk kesekian kalinya, Amakusa menyebut kata favorit Ange dengan nada mengejek, walaupun kali ini spesial dengan bumbu amarah. Pria itu tertawa kering. Rambut peraknya bergoyang seirama dengan suara tawa yang dibuat-buat itu. Saat gadis berambut merah itu berusaha melawan, dengan sengaja Amakusa menginjak rem dalam-dalam, menyentakkan tubuh keduanya dengan kasar.

“Aku tidak yakin bahkan penyihir bisa melawan angka empat, Ojou.”

A/N: so I (not so) deliberately put a Japanese believe that 4 is a bad-luck number. Angka 4 dibaca shi dalam bahasa Jepang, sama seperti kata mati (shinu).

[Fanfic] Tetesan Hujan (ch 2)

Title: Tetesan Hujan
Author: Vianna Orchidia / Annasthacy Chashyme
Fandom: Umineko no Naku Koro ni
Character: Ushiromiya Ange, Amakusa Juuza
Rating: K
Genre: Romance, Friendship
Disclaimer: I do not own the series and the characters, and I do not gain any profit from this fanfiction
Akhir / a·khir / n 1 belakang; yg belakang sekali; kemudian; 2 kesudahan; penghabisan

Tidak ada yang bersuara di antara keduanya. Yang satu mengatupkan bibir rapat-rapat dengan dua lengan dilipat di depan dada. Yang satu lagi sibuk menenggak air mineral sebanyak-banyaknya, menimbulkan suara glek-glek yang jadi bising dalam kondisi tanpa suara seperti ini.

Ojou,” kata Amakusa, memecah keheningan. “Itu tadi kopi terburuk yang pernah kuminum.”

Rona merah. “D-diam! Ini yang terakhir kalinya, oke!”

[Fanfic] Tetesan Hujan (ch 1)

Title: Tetesan Hujan
Author: Vianna Orchidia / Annasthacy Chashyme
Fandom: Umineko no Naku Koro ni
Character: Ushiromiya Ange, Amakusa Juuza
Rating: K
Genre: Romance, Friendship
Disclaimer: I do not own the series and the characters, and I do not gain any profit from this fanfiction
A/N: So I was bored, and frustated at my rusty writing skill, so I decided to do some small pieces using a set of theme (taken from 50 Sentences Challenge at Infantrum). It's going to range from drabble to ficlets (or something in between).

Biru. / bi·ru / n warna dasar yg serupa dng warna langit yg terang (tidak berawan dsb) serta merupakan warna asli (bukan hasil campuran beberapa warna) 

“Huh.”

Satu alis terangkat membentuk kurva sempurna. Hanya perlu satu lirikan tajam dari si gadis untuk menarik kata-kata selanjutnya keluar dari mulut Amakusa.

“Punggungmu biru,” ujar pria itu. Dengan kedua lengan dilipat di depan dada, Amakusa terus memperhatikan punggung Ange yang terekspos karena gadis itu sedang berganti pakaian. Mereka sedang berada di kamar hotel yang mewah—tapi kamar hotel tetaplah hanya satu kamar. Amakusa sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan memberi sedikit privasi saat gadis itu berkata ingin ganti pakaian, dan Ange menarik kesimpulan anak kecil sepertinya tidak akan menarik perhatian laki-laki itu, jadi dengan tenang ia melepas jaket dan kemejanya.

“Pasti karena pendaratan di atap mobil tadi siang,” jawab gadis itu, nada suaranya datar sempurna, sembari memakai jubah kamar yang tersedia di kamar hotel.

Suara tawa kecil, hampir mengejek, bergulir dari bibir Amakusa. “Memar seperti itu tidak cocok untuk anak gadis, Ojou.”